Mengenali berbagai tanda bahaya persalinan sangatlah penting bagi para ibu hamil. Sebab jika diabaikan, tanda bahaya ini dapat mengancam nyawa ibu dan juga bayi. Lantas, apa saja tanda bahaya persalinan tersebut? Simak informasinya di sini.
Persalinan adalah momen yang tidak bisa ditebak. Sebab, selalu ada risiko yang membuat proses persalinan ini menjadi berbahaya. Untuk itu, ibu hamil perlu mengetahui tanda bahaya persalinan mulai dari fase pembukaan, hingga setelah bayi berhasil dilahirkan.
Berbagai tanda bahaya persalinan
Terkadang tanda bahaya persalinan cukup sulit dideteksi, terutama jika gejala yang ditimbulkan cukup ringan. Berikut ini beberapa tanda bahaya persalinan yang perlu bunda ketahui:1. Preeklamsia
Tekanan darah tinggi adalah alasan mengapa ibu hamil selalu diminta untuk mengukur tekanan darahnya. Tekanan darah tinggi termasuk tanda bahaya karena pembuluh darah arteri yang menyalurkan darah dari jantung menuju plasenta menjadi sempit.Tidak hanya itu, tekanan darah tinggi berkaitan dengan risiko komplikasi, seperti preeklamsia. Kondisi ini membuat ibu hamil rentan melahirkan secara prematur. Umumnya, preeklamsia terjadi setelah kehamilan berusia 20 minggu.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Preeklampsia pada ibu hamil - Medikacare
2. Posisi bayi
Persalinan bisa menjadi bahaya bila bayi keluar dengan posisi kaki lebih dulu. Posisi ini dikenal dengan kelahiran sungsang footling breech, yaitu salah satu atau kedua kaki bayi lahir lebih dulu sebelum seluruh tubuh janin.Sebagian besar bayi dengan posisi ini akan dilahirkan melalui operasi caesar, terlebih jika dokter mendeteksi janin mengalami stres atau ukurannya terlalu besar untuk dilahirkan melalui vagina. Bayi yang terlilit tali pusar juga bisa menjadi alasan dokter untuk dilahirkan melalui operasi caesar.
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Senam Hamil untuk mengatasi bayi sungsang - Medikacare
3. Perdarahan berlebih
Umumnya, wanita akan kehilangan sekitar 500 ml darah saat melahirkan secara normal. Bila persalinan dilakukan melalui operasi caesar, volume darah yang hilang adalah sekitar 1000 ml. perdarahan ini bisa terjadi setelah plasenta keluar dari rahim karena kontraksi rahim yang terlalu lemah dan tidak bisa menekan pembuluh darah di tempat melekatnya plasenta.Risiko yang kemungkinan terjadi adalah tekanan darah rendah, gagal organ, hingga kematian. Beberapa kondisi, seperti plasenta previa, hipertensi, dan proses persalinan yang berlangsung lama dapat meningkatkan risiko wanita hamil mengalami kondisi ini.
4. Persalinan terlalu lama
Persalinan yang berlangsung lama atau prolonged labor terjadi ketika waktu mulai dari pembukaan hingga persalinan berlangsung terlalu lama. Persalinan dapat dikatakan terlalu lama jika bayi tak kunjung lahir setelah lebih dari 20 jam. Sementara untuk wanita yang sudah pernah melahirkan, persalinan berlangsung selama lebih dari 14 jam.Hal yang wajar jika persalinan terlalu lama di fase pembukaan. Namun, bila hal ini terjadi pada fase pembukaan aktif, maka memerlukan intervensi medis. Persalinan terlalu lama bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari pembukaan yang lambat, bayi terlalu besar, serta faktor emosional dari ibu hamil.
5. Rahim robek
Rahim robek atau uterine rupture bisa terjadi bila ibu hamil pernah menjalani persalinan melalui operasi caesar sebelumnya. Kemungkinan luka ini akan terbuka pada persalinan berikutnya. Jika hal ini terjadi, bayi berisiko kekurangan oksigen dan membuat ibu hamil mengalami perdarahan berlebih.6. Plasenta tertahan
Idealnya, tubuh ibu hamil akan mengeluarkan plasenta dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan. Jika lebih dari waktu tersebut, kondisi ini disebut dengan retained placenta yang dapat menyebabkan komplikasi dan mengancam nyawa sang ibu.Mengeluarkan plasenta sama pentingnya seperti melahirkan bayi. Jika tidak berhasil dikeluarkan, rahim tidak akan bisa menutup dengan sempurna, sehingga sang ibu berisiko kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak.
7. Kejang
Ibu hamil bisa mengalami kejang selama proses persalinan. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan istilah eklamsia. Ini merupakan komplikasi serius akibat preeklamsia. Kondisi ini sangat berbahaya karena bisa menimbulkan kerusakan pada organ tubuh, seperti hati, ginjal, dan mata.8. Air ketuban keruh dan berbau
Air ketuban berperan dalam melindungi janin di dalam rahim. Cairan ini terdiri dari 99% air, sehingga membuatnya berwarna bening. Namun, jika air ketuban tersebut berubah warna menjadi keruh dan berbau, maka bisa membahayakan kondisi janin.Air ketuban yang keruh ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Misalnya, ketuban pecah dini, usia kehamilan lebih dari 42 minggu, atau air ketuban tercampur dengan feses pertama yang dikeluarkan janin (mekonium).
Baca juga artikel Medikacare lainnya : Komposisi dari Air Ketuban - Medikacare
Cara terbaik untuk meminimalisir risiko bahaya persalinan adalah dengan memantau perkembangan janin selama masa kehamilan. Bila beberapa kondisi di atas sudah terlanjur terjadi, segera periksakan diri ke dokter kandungan agar diberikan penanganan yang tepat.